Seven Drama

Tangan Kenan
Tema: Pelajaran

Namaku Agus. Aku memiliki seorang anak lucu bernama Kenan, usianya baru empat tahun. Kenan anak yang rajin. Meskipun belum sekolah ia sudah pandai menabung. Uang yang ia tabung adalah uang jajannya. Sehingga bisa dibilang ia sangat berbeda dari yang lain, di mana biasanya anak seusia Kenan selalu menghabiskan uang jajannya.

Suatu sabtu aku libur kerja. Aku menikmati hari-hari dengan santai. Tiba-tiba Kenan datang berlarian dari luar rumah. Dengan cepat ia mengambil celengan toplesnya, hendak mengambil uang. Tangannya berhasil masuk, namun saat mengambil segenggam uang tangannya tersangkut karena kini tangannya itu lebih besar dari mulut toples. Kenan mulai bingung dan menangis, aku menghampirinya.

Aku: Kau baik-baik saja Kenan?
Kenan: Ini tangan Kenan gak mau keluar!
Aku: Sepertinya tanganmu tersangkut.
Kenan: Aku mau mengambil uang, Pa. Kenan mau beli sesuatu.
Aku: Dengarkan Bapak, Kenan. Tanganmu itu ibarat hidup kita. Kita tidak bisa serakah dengan mengambil rezeki kita begitu saja. Kalau pun toh, itu rezeki kita tidak kemana. Jadi ambillah rezeki tersebut sedikit-sedikit!

Kenan yang masih kecil tentu saja tidak mengerti. Mendengar pun mungkin samar-samar. Sehingga ia masih berusaha mengeluarkan tangannya itu dengan segenggam uang receh. Aku lalu kembali bersantai. Tiba-tiba aku melihat Kenan berhasil mengeluarkan SEMUA uangnya!

Aku: Bagaimana bisa kau mengeluarkan seluruh uang itu?
Kenan: Kenan balik toplesnya.

Luar biasa aku mendengarnya. Ada saja idenya yang seperti itu.

Begitulah, peristiwa "Tangan Kenan" tadi dengan tepat mengibaratkan hidup. Memang perlu untuk mengambil sedikit-demi-sedikit dari rezeki kita, namun bagaimana jika kita membutuhkan uang dalam jumlah banyak di waktu yang sangat singkat? Maka perlu jalan lain yang lebih inovatif.


*Cerita di atas saya ambil amanatnya dari buku "Guru Monyet" karya Astvat Ereta*
*Kalian boleh mengubah isi cerita tanpa menghapus amanatnya*