Sabtu, 13 Juni 2015

Seven Drama

Gagal Panen
Tema: Pelajaran
Banyak: minimum 4 orang, sisanya bisa menjadi warga kampung

Di suatu tempat yang gersang, ada sebuah perkampungan. Agus adalah kepala kampung perkampungan itu. Di bawah pimpinan agus, rakyat sejahtera sebab semua orang bekerja sama, yaitu menanam padi. Sehingga hampir semua orang di kampung tersebut adalah pertani.

Mereka bekerja dengan keras setiap harinya demi hasil yang bagus.

*di ladang*
Agus: Ayo kawan kita bersama, menanam jagung di kebun kita!
Tejo: Tapi pak kita menanam padi.
Agus: Hush! Biarlah, toh, sama saja!
Wandi: Beda pak, ini bukan kebun tapi ladang.
Agus: Hushssh! Kalian ini memang kepala batu!

naskah drama ini ditulis oleh sevendrama.blogspot.com

Hingga suatu hari, saat-saat mendekati musim panen, rakyat berpesta dengan sisa uang mereka. Padahal panen pun belum. Biasanya tidak seperti ini sebab padi kali ini terlihat subur dan banyak.

*di balai kampung*
Agus: Ayo, makan semua jamuan kita! Dari kita untuk kita!
Tejo: Pesta ini ide yang amat bagus! Besok pasti kita akan panen besar!!
Jono: Benar! Panen kali ini berbeda jauh dari tahun-tahun sebelumnya.
Hamid: Hey kalian. Sebenarnya aku tidak mau mengikuti pesta pora ini. Namun tidak satu pun dari kita yang tahu apa yang akan terjadi keesokan hari.
Agus: Apa maksudmu Hamid? Kita PASTI, PASTI akan panen besok!!
Hamid: Baiklah, tapi ingat Tuhan maha kuasa!

Hari esok pun tiba. Dari subuh seluruh rakyat termasuk Hamid berangkat ke ladang untuk panen. Menurut Agus ini akan lama karena jumlahnya sangat banyak.

Namun betapa kecewanya mereka. Lemaslah lutut mereka. Tidak ada padi, tidak ada panen. Yang ada hanyalah tanah gersang. Padi-padi mereka yang telah matang baru saja diterjang badai, secara tiba-tiba, tiada yang tahu. Pingsanlah si Agus. Uang mereka habis, persediaan mereka habis, hanya untuk pesta pora seharis sebelum panen. Maka setelah itu entah bagaimana nasib mereka.

Begitulah, kita, manusia tidak mengetahui apa yang akan terjadi di waktu kemudian, bahkan sedetik kemudian. Hanya Tuhanlah  yang tahu.

Jumat, 12 Juni 2015

Seven Drama

Tangan Kenan
Tema: Pelajaran

Namaku Agus. Aku memiliki seorang anak lucu bernama Kenan, usianya baru empat tahun. Kenan anak yang rajin. Meskipun belum sekolah ia sudah pandai menabung. Uang yang ia tabung adalah uang jajannya. Sehingga bisa dibilang ia sangat berbeda dari yang lain, di mana biasanya anak seusia Kenan selalu menghabiskan uang jajannya.

Suatu sabtu aku libur kerja. Aku menikmati hari-hari dengan santai. Tiba-tiba Kenan datang berlarian dari luar rumah. Dengan cepat ia mengambil celengan toplesnya, hendak mengambil uang. Tangannya berhasil masuk, namun saat mengambil segenggam uang tangannya tersangkut karena kini tangannya itu lebih besar dari mulut toples. Kenan mulai bingung dan menangis, aku menghampirinya.

Aku: Kau baik-baik saja Kenan?
Kenan: Ini tangan Kenan gak mau keluar!
Aku: Sepertinya tanganmu tersangkut.
Kenan: Aku mau mengambil uang, Pa. Kenan mau beli sesuatu.
Aku: Dengarkan Bapak, Kenan. Tanganmu itu ibarat hidup kita. Kita tidak bisa serakah dengan mengambil rezeki kita begitu saja. Kalau pun toh, itu rezeki kita tidak kemana. Jadi ambillah rezeki tersebut sedikit-sedikit!

Kenan yang masih kecil tentu saja tidak mengerti. Mendengar pun mungkin samar-samar. Sehingga ia masih berusaha mengeluarkan tangannya itu dengan segenggam uang receh. Aku lalu kembali bersantai. Tiba-tiba aku melihat Kenan berhasil mengeluarkan SEMUA uangnya!

Aku: Bagaimana bisa kau mengeluarkan seluruh uang itu?
Kenan: Kenan balik toplesnya.

Luar biasa aku mendengarnya. Ada saja idenya yang seperti itu.

Begitulah, peristiwa "Tangan Kenan" tadi dengan tepat mengibaratkan hidup. Memang perlu untuk mengambil sedikit-demi-sedikit dari rezeki kita, namun bagaimana jika kita membutuhkan uang dalam jumlah banyak di waktu yang sangat singkat? Maka perlu jalan lain yang lebih inovatif.


*Cerita di atas saya ambil amanatnya dari buku "Guru Monyet" karya Astvat Ereta*
*Kalian boleh mengubah isi cerita tanpa menghapus amanatnya*

Minggu, 08 Februari 2015

Naskah ini saya tulis dengan tanpa ide :| jadi saya ambil dari kisah yang pernah saya dengar.Dan omong2 cerita kali ini sangat pendek, karena memang sedang tidak ada ide :D

SevenDrama

Pembalasan Secangkir Susu
Tema: Pelajaran, Moral
Untuk:2 orang lebih (Bisa menjadi pemilik rumah lain, atau perawat)
Drama: Pendek

Naskah Drama ini dibuat oleh Seven Drama, | SevenDrama.blogspot.com

First Scene

Ada seorang anak kecil. Ia adalah pengembara, jauh dari kota seberang,. Ia terus berjalan, tujuannya mencari ilmu. Meskipun ia tak tahu harus mencari dimana. Suatu ketika perbekalannya habis, tepat di daerah gurun. Tak ada air atauapun buah seperti di hutan-hutan. Setelah berjalan jauh, sang pengembara menemukan pemukiman kecil. Ia mencoba mengetuk setiap pintu yang ada.

Pengembara:Permisi!

Tak ada jawaban.

Pengembara: Permisi!
Seorang lelaki (Pemilik Rumah):  Bu! Ada seorang pengemis!
Ibu Pemilik Rumah: Usir saja!

Pintu pun ditutup. Ia telah mencoba hampir seluruh rumah yang ada, kecuali satu rumah. Paling pojok. Rumahnya terlihat lebih sederhana dari yang lain. Sang pengembara tidak berharap banyak.

Pengembara: Permisi!
Seorang ibu: Oh, ya? Bisa dibantu anak muda?
Pengembara: Maaf bu, saya hanya minta segelas air, Jika diperbolehkan.
Seorang ibu: Oh! Silahkan masuk. Silahkan duduk, biar saya ambilkan!
Pengembara: Terimakasih banyak.
Seorang ibu: Ini nak (Membawa gelas berisi susu). Dihabiskan ya! Apa kamu juga mau saya bawakan makanan?
Pengembara: Ah, tidak usah bu. Ini sudah cukup, lebih dari cukup.
Seorang ibu: Tak apa. (Berjalan kebelakang)

Ibu2 pemilik rumah itu tak menemukan makanan apapun. Ia pun kembali ke ruang tamu dengan kecewa.

Seorang ibu: Maaf nak, ibu tak punya apa-apa disini, kecuali segelas susu itu.

Sang anak pun terkejut, ia benar-benar menyesal telah meminum susu pemberian ibu itu.

Pengembara: Maaf kan saya bu. Jika saya tahu, saya tidak akan meminum susu ini.
Seorang ibu: Ah tak apa nak. Ibu tetap bersyukur karena memiliki sebuah gubuk ini. Apa kamu juga ingin menginap sementara disini? Kondisinya sangat panas siang ini.
Pengembara: Ah, tidak. Tidak perlu bu! Tolong maafkan saya, suatu saat ini, saya akan membalas kebaikan ibu!

Naskah Drama ini dibuat oleh Seven Drama, | SevenDrama.blogspot.com

Second Scene

Sang pengembara pun kembali melanjutkan perjalanan.
Waktu berjalan denga cepat. Sang ibu pemilik rumah sakit keras. Ia dilarikan kerumah sakit terdekat. Namun, ia sadar bahwa ia tak memiliki uang sedikit pun. Sementara anak yang ditolongnya, entah bagaimana kondisinya sekarang.
Setelah melakukan operasi, sang ibu bingung dengan biaya rumah sakit. Betapa terkejutnya ia setelah melihat biaya operasi.

Sang ibu: Astaga! Kenapa biaya operasi saya gratis dok?
Dokter: Biaya operasi Anda telah dibayar dengan segelas susu.. Terimakasih, bu!


Begitulah. Sang pengembara kini menjadi dokter yang sukses, kaya raya, dan dermawan. Sang ibu pun di angkatnya menjadi ibu. Kini mereka tinggal bersama dan hidup bahagia!


Saya sarankan untuk mengganti sedikit cerita diatas, karena sepertinya terlalu simpel :) jangan lupa cantumkan sumber ya :)

Jumat, 06 Februari 2015



Yuk, gan mari kita belajar! Eh, penulis sendiri juga jarang belajar. Tapi, minimal mengerti saat guru menjelaskan. Itu sudah cukup sih :"D

Jangan lupa cantumkan link ya, kalau mau copy naskah saya. Jika ada kurangnya, saya mohon maaf karena memang ini buatan saya sendiri. *Berdasarkan ide-ide diluar sana :D

SevenDrama – Koleksi naskah drama/teater, gratis dan berbayar


Mari Belajar!
Tema: Pelajaran,
Untuk: 5 orang lebih (Lebihnya menjadi siswa biasa)
Drama: Pendek

Naskah Drama ini dibuat o,leh Seven Drama, | SevenDrama.blogspot.com

First Scene

            Rio, seorang remaja kelas 9 SMP. Ia adalah anak yang sangat gemar bermain internet, terumata dengan gadget. Tapi tidak jarang juga Rio pergi ke warnet. Terutama ketika ia memiliki uang, pasti langsung ia gunakan untuk bermain warnet. Sementara itu, kawan-kawannya tekun belajar, mempersiapkan UN mendatang. Dan Rio? Ia hanya menjalani rutinitasnya seperti biasa.
            Rio memang terkenal malas. Terutama pada hal olahraga. Ia tidak bisa olahraga, ia tak aktif bergerak. Sayangnya, Rio juga tidak terlalu pintar. Suatu ketika, UN akan datang dalam beberapa hari saja, Rio tetap tidak berubah.

(Sekolah)
Redho: Gila, ya, UN tinggal beberapa hari lagi. By the way kalian pada pengen ke SMA mana nih?
Ridwan: Aku bukan SMA, dho. Aku lanjut SMK. Pengen langsung kerja aja.
Eki: Salah kamu Wan. Lanjut SMK bukan berarti gak bisa kuliah. Tetep bisa. Bisa jadi, karena sudah belajar praktek di SMK, kau jadi lebih pandai di kuliah nanti.
Redho: Aku netral aja. Mau SMA atau SMK, sebenarnya sama aja sih.
Ridwan: Yaa.. aku juga ga mandang gitu amat Ki. Tapi kan, kalo SMK kita bisa nganggur dulu setahun sambil kerja. Kalo SMA kan, mungkin agak susah ya,
Eki: Eh, gimana dengan Rio? Hidupnya kayak engga berencana aja. Liat tuh, pasti lagi ngobrol tentang game onlen lagi!
Redho: Aku malah kasian. Hidupnya engga terarah. Seharusnya ada seseorang yang membimbingnya.
Ridwan: Entah ya, aku sering main warnet sama dia. Mungkin kurang belajar aja kali.
Eki: Sudah pasti. Kamu aja Wan, yang membimbingnya!
Ridwan: Ogah, ah. Orang seperti itu sih, sudah susah dibimbing!
Rehdo: Udah udah. Dah bel tu, mending jajan aja yuk.
Eki: Boleh deh, ayo Wan!

Naskah Drama ini dibuat o,leh Seven Drama, | SevenDrama.blogspot.com

Second Scene

(Kantin)
Redho: All. Aku mau coba ajak si Rio belajar, minimal dia dapat nilai lah.
Ridwan: Serius kamu Dho? Udah sini aja! Aku traktir bakso noh!
Redho: Boleh! Pesenin ya, daah!
Ridwan: Eh eh, dasar!

Redho pun menemui Rio untuk mengajaknya belajar. Rio saat itu sedang di kelas, seperti biasa.

(Kelas)
Redho: Oi, Yo!
Rio: Eh eh, siapa nih?!
Redho: Bapakmu! Ini aku Redho. Masak gak tau.
Rio: Ohh. Yang pinteerr itu ya?? Belajar yang rajin aja deh sana.
Redho: Maksud kedatangan ku bukan mau sombong! Aku mau ngajar kamu., Sebentar lagi, kan, UN, Minimal kamu dapat nilai
Rio: Uh! Cuma UN doang?! Emang jadi gak naik kelas? Ini kan, sekolah swasta, gua bayar ni sekolah! Pasti naik! Malah, kurencanain UN nanti kabur aja, percuma.
Redho: Eh, ga boleh gitu. Ayo, belajar dikit aja. Masa mau kabur.
Redho: Jangan sok menggurui! Kamu bukan guru ataupun ibuku!
Ridwan (Datang): Udah, Dho. Kubilang percuma! Tuh, baksomu sampai dingin! (menepuk pundak Redho)
Redho: Ga tau nih, Wan (Berbisik). Udah ya, Yo! Nanti aku datang lagi!
Rio: Ga usah dateng lagi mendingan!

Naskah Drama ini dibuat o,leh Seven Drama, | SevenDrama.blogspot.com

Third Scene

            UN pun datang. Redho sudah beribu kali mencoba mengajak Rio untuk belajar. Tapi nihil, Benar kata Ridwan, percuma sudah mengajaknya, meskipun sampai ribuan kali.

Redho: Gimana nih, Wan, Ki. UN dah dateng, si Rio malah kabur.
Ridwan: Ga usah diurus dho! Fokus aja sekarang.
Eki: Atau mau laporin ke guru?
Ridwan: Percuma Ki. Urusannya panjang. Kita punya bukti apa? Si Rio paling ketangkep juga!
Redho: Engga bakal ketangkep dia mah. Licin banget dia itu. Selama aku ngajak dia aja udah susah payah.

UN pun tiba. Ketiganya, Redho, Ridwan, dan Eki mengerjakan soal dengan tekun dan seksama. Mereka berharap mendapat nilai terbaik, atau minimal bisa lulus kejenjang berikutnya.
            Semua berjalan lancar, kecuali Rio. Ia sungguh-sungguh kabur. Ia tidak datang hari itu. Dan, tidak ditanyakan. Tak ada yang peduli, mungkin, kecuali Redho!
            Akhirnya, waktu pengumuman tiba. Seluruh murid mengerubuni papan pengumuman.

Eki: Hahaha aku lulus dengan nilai tertinggi!
Redho: Haaa? Masa? Ga mungkin!
Eki; Iya, tertinggi diantara kalian. Coba lihat!
Ridwan: Halah, kirain apa! Itu mah wajar aja, dua tahun lalu nilai UASku lebih tinggi dari kalian semua!
Eki: Itu dua tahun lalu! Ga penting!
Redho: Cukup-cukup! Gimana dengan Rio nih? Aku ga banyak berharap sekarang.

Merkea bertiga segera mencari ke setiap sudut daftar siswa yang lulus. Tapi tak ada nama RIO terpampang. Redho sampai tga kali mengeceknya. Disudut bawah tertulis: “Yang tidak tercantum Mohon Maaf pihak sekolah tidak dapat meluluskan.”
            Redho segera menunduk sedih. Teman malasnya itu tidak lulus. Apa daya, dia memang malas
            Dari kejauhan, terlihat Rio berjalan santai. Ia pasti berpikir bahwa ia akan lulus.

Rio: Minggir Dho! Liat namaku terpampang nomor satu?! Kemarin aku bayar dua juta kesekolah untuk menaikkan ranking UN ku! Hebatkan,..

Rio segera mencari-cari namanya. Tak ada dimana-mana, apalagi di urutan nomr satu.

Rio: EH.. pasti yang nomor satu engga terpampang disini, pasti buat surprise ya, hahaha!
Ridwan: Kamu salah! Lihat nih tulisan, mana ada suprise2an! (Menunjuk tulisan sudut bawah)
Rio: Eh…..

Rio pun menuduk sedih. Ia tidak lulus. Mentalnya dipertaruhkan. Ia Shock dan segera berlari, matanya berkaca-kaca. Eki yang dibelakang segera menangkap Rio.

Eki: Dah, tenang aja Yo! Lu b isa ngerubah hidup lu dari sekarang! Jangan pernah malas, dan jangan pernah menanggap uang bisa membayar apapun! Ini bukti real, bukti nyata!
Rio: I..iya.. maafin aku ya. Aku akan belajar.. aku akan berusaha menyusul kalian.. Mana Redho? Aku mau belajar dengannya!
Redho: Oi! Ada yang manggil?
Ridwan: Kenapa nih?
Eki: Udah kalian diem! Yo, tuh Redho. Dho, Rio minta belajar sama lu!
Redho: Wah boleh-boleh. Kamu juga jangan putus asa ya, pasti kamu dapat nilai terbaik! Ingat itu
Rio: Ttapi.. gimana ya.. aku malu. Aku takut.
Redho: Jangan gitu Yo. Sekarang, coba kamu katakanyang sebenarnya ke keluarga kamu. Dan bilang kamu bertekad untuk tidak mengulangi hal yang sama, dan memperbaikinya hingga menjadi yang terbaik.
Rio: Tapi.. tapi
Redho: Udah cukup, yuk, ga ada kata terlambat! Mulai besok kita belajar, Mulai dari dasar!

Begitulah, hidup itu jangan bermalas-malasan, kita tidak tahu apa yang akant erjadi kedepannya. Uang tidak bisa membayar apapun. Dan, tidak ada kata terlambat!

Naskah Drama ini dibuat o,leh Seven Drama, | SevenDrama.blogspot.com

Ingat ya gan, tidak ada kata terlambat! Mari kita terus melangkah, jangan berhenti sampai disini! Terimakasih, semua, salam :)




This is my first story!

Halo kawan-kawan! Sudah kenal dengan penulis? Penulis disini akan membagikan berbagai naskah drama pendek. Ceritanya hanya berdasarkan ide-ide penulis, jadi mohon maaf bila tidak memuaskan. Kamu juga bisa mengirim request ke saya, syukur-syukur kalau memberikan donasi :D

Satu lagi kawan, tolong cantumkan link blog ini ya. Karena tidak mudah membuatnya :)

SevenDrama – Koleksi naskah drama/teater, gratis dan berbayar

Persahabatan di kaki bukit
Tema: Persahabatan
Untuk:

Naskah Drama ini dibuat oleh Seven Drama, | SevenDrama.blogspot.com

First Scene

Ada dua orang sahabat. Mereka saling menjaga, berbagi cerita, dan saling bersimpati. Keduanya memiliki ikatan batin yang kuat. Memiliki rasa yang sama disetiap perasaan salah seorangnya. Mereka adalah Yoko dan Andra. Sejak kecil Yoko dan Andra bersebelahan rumah. Sejak kecil mereka bermain bersama. Hingga mereka berdua beranjak remaja, tak ada apapun yang bisa memisahkan tali ikatan bagai rantai dari berlian.
            Suatu ketika, saat keduanya memasuki kelas 9 SMP, Yoko bertemu dengan teman akrab baru. Namanya Hendra.

(Di Sekolah)
Hendra: Yok, ibuku sakit. Tidak ada yang merawatnya. Bapakku kerja diluar kota. Seminggu lagi baru bisa pulang. Harus gimana nih, kamu teman terdekatku..

Yoko: Waduh, gimana ya? Ya udah nanti sore aku kerumahmu. Aku lihat dulu kondisinya, ibuku kan, dokter. Mungkin bisa menganalisa penyakit apa yang diderita ibumu.

Hendra: Aduh, makasih banget ya!

Hendra selalu mengaduh pada Yoko. Karena memang secara latar belakang, Hendra sulit memiliki teman. Dan, saat ini Hendra benar-benar merasa memiliki seseorang, bernama Yoko.
            Sore harinya, Yoko pergi kerumah Hendra bersama Andra. Andra penasaran siapa dan ada apa dengan Hendra, padahal ia sama sekali belum mengenal teman baru sahabatnya itu.

(Di depan rumah Hendra)
Yoko: Tok-Tok! Halo? Selamat sore!
Andra: Temanmu ini siapa sih?
Yoko: Hendra, Andra. Kamu sudah bertanya seribu kali ke Aku. Dan aku telah menjawabmu seribu kali
Andra: Aduh, bukan itu maksudku. Bagaimana ya, jelasinnya…

Tiba-tiba pintu rumah Hendra terbuka. Muncullah Hendra dengan pakaian bermainnya.

Hendra: Oh, Yoko! Kau sudah datang, terimakasih!
Yoko: Kan, sesuai janjiku.
Hendra: Loh,, itu siapa? (Berbisik)
Yoko: Dia sahabatku. Boleh, kan, dia ikut?
Hendra: Oh.. boleh deh, iya deh boleh.. (kecewa, kesal)
Andra: Haloo, aku Andra loh.
Hendra: Eh, iya—eh aku Hendra. Wah nama kita mirip?! (Gugup)

Mereka bertiga segera memasuki kamar ibu Hendra. Dibalik pintu kelabu, terlihat seorang wanita terbaring.

Yoko: Ini ibumu yang sakit? (Berbisik)
Hendra: Iya. Mohon bantuannya, ya!
Yoko: Ya, tenang aja. (Mencoba menganalisa penyakit)

Yoko: Ini sih, Cuma flu aja Ndra! Flunya juga ringan. Cukup minum air putih yang banyak, bukan masalah besar sih, menurutku.

Andra sedikit tersinggung. Sebutan “Ndra” biasa digunakan Yoko untuk memanggilnya.

Hendra: Tapi… kupikir ini penyakit yang berat. Bisa panggil ibumu kesini? Eh, ibumu kan, dokter ya? Punya obatnya engga? Minta sedikit boleh, ya?
Yoko: Ibuku ga bisa kesini sekarang, Ndra. Kan, dia dokter. Masa nangkring dirumah aja.
Andra: Setuju, dokter juga engga punya persediaan obat. Yang punya itu, klinik atau rumah sakit!
Hendra: (Sedikit kesal) Ohh gitu ya! Maaf deh udah ganggu. Kalian boleh pulang sekarang, kok (Nada sedikit mengusir).

Yoko dan Andra segera keluar, tak lupa mereka mendoakan ibu Hendra agar cepat sembuh.

Andra: Yok, kenapa sih, kamu mau peduli sama dia?
Yoko: Aduh Hendra, kan, aku kasian aja sama dia.
Andra: Tapi kamu engga liat rumahnya segede itu? Lebih baik dia bawa ibunya kerumah sakit bintang sepuluh aja! Duitnya pasti banyak. Batuk sedikit, langsung kerumah sakit!
Yoko: Kamu ga boleh kejam gitu, atuh. Aku juga tadinya engga tau ternyata dia orang kaya. Dalam rumahnya juga mewah.
Andra: Aku sih ga begitu permasalahin itu. Aku juga ga terlalu terusik kalo dia harus temenan sama kamu. Tapi, dilihat dari lagaknya kayaknya dia memang mau berobat gratis aja. Tadi aja waktu tau aku ikut dia kecewa. Dan lagi dia juga minta ibumu datang! Eh, minta obat juga, emang ada yang gratis ya!
Yoko: Haha, aku jadi ketawa. Kamu ada benarnya, tapi kita lihat aja dulu, Ndra!

Naskah Drama ini dibuat oleh Seven Drama, | SevenDrama.blogspot.com

Second Scene

Hari demi hari berlalu. Ibu Hendra segera sembuh, tidak sampai seminggu. Tanpa obat. Waktu memang cepat berlalu. Hingga libur semester, Yoko dan Andra merencanakan liburan mereka. Rencananya, mereka akan berkemah dibukit.

Yoko: Ndra, kita kemah tapi jangan di tempat kemah biasa! Aku pengen ditempat yang benar-benar menguji keberanian dan keterampilan.
Andra: Aku tahu, di bukit *** aja. Itu hutan yang masih cukup asri. Engga ada pemukiman. Desa jauh. Tapi, jangan salah disana aman kok. Dekat dengan sungai dan air terjun. Aku tahu lokasinya.
Yoko: Wah, bagus banget itu! Aku setuju. Gimana kalo kita berangkat lusa? Nah, kamu pulang dan segera siap-siap! Yuk, aku juga mau siap-siap.

Sebelum Andra pulang, tiba-tiba dering telpon rumah Yoko berbunyi.

Ring ring!
Yoko: Ya? Siapa?
Hendra: Ini aku Hendra! Rencana kamu liburan mau kemana? Kan, cukup panjang nih, liburannya. Lumayan, kan, dua minggu!
Yoko: Oh.. iya aku akan kemah. Ke bukit ***. Sama Andra. Kira-kira ya tiga harian aja.
Hendra: Sama Andra? Wah, bagus itu! Emm.. aku boleh ikut engga?
Yoko: Hmm.. gimana ya? Tunggu sebentar..

Yoko: Ndra! Hendra mau ikut nih, kamu setuju engga? Lumayan kan tambah rame? Sekalian kita lihat jati diri dia sebenarnya! (Berbisik)
Andra: Aduh, Yoko! Aku engga bermaksud mengusik pertemanan kalian. Aku bukan ingin kalian menjadi musuh. Aku Cuma curiga sama lagaknya itu loh!
Yoko: Ayolah.. Anggap aja Cuma “tambahan”
Andra: Aku, sih, netral aja. Eh, tapi kayaknya males deh, kalo ada dia. Pasti cerewet dan ganggu!
Yoko: Tuh, kan. Mendingan kita bongkar dulu jatinya. Gini aja deh, ini Cuma pura-pura. Kita kebukit yang aman aja. Kita bawa peralatan seadanya. Abis itu baru kita kemah beneran, tanpa Hendra tentunya.
Andra: Ada aja ide kamu Yok. Boleh, deh,, langsung bilang tuh.
Yoko: Hendra? Kamu boleh ikut! Kita ga jadi kebukit *** ke tempat ini aja ***. Disana lebih asik. Ada warungnya. Kamu bawa ini ya: blablablabla
Hendra: Wah, asik juga! Aku siapin deh, berangkatnya kapan?
Yoko: Besok, Ndra! Makannya cepet ya!

Yoko menutup telepon.
DI lain tempat, Hendra berbisik sendiri. Ia bergumam dengan wajah senang.

Hendra: Dengan begini, aku bisa mengusik pertemanan mereka! Dengan begitu Yoko akan menjadi sahabatku!

Naskah Drama ini dibuat oleh Seven Drama, | SevenDrama.blogspot.com

Third Scene

Esok harinya, mereka bertiga segera berangkat ke bukit ***. Dengan angkutan umum, jalan kaki, hingga akhirnya mereka sampai ditempat tujuan.

Yoko: Nah, Hendra. Kita sampai. Tanah diatas kita ini sepertinya cocok untuk tenda. Yuk, cepet bikin.
Hendra: Wah, iya juga. Tanahnya bagus!
Andra: Oi. Kan, disuruh bikin tenda. Kemarin aku dengar Yoko nyuruh kamu bawa tenda. Mana tendanya?
Hendra: Aduh, aku lupa! Hehe.. ya udah kita gelar tiker aja (Tertawa)
Andra: Mana mungkin. Kalo ada yang jahat gimana?
Hendra: AH, takutan kamu. Biar kita bagi jadwal penjagaan. Keren kan?
Yoko: Hus, udah. Kita nginep di pondok itu aja! Kita patungan.
Hendra: Yah, Cuma bawa segini aku.. (Nunjukin uang)
Andra: Aduuh, yaudah kamu bayar segitu aja. Aku dan Yoko akan bayar lebih.

Mereka bertiga pun menginap disebuah pondok.

Yoko: Ingat, Ndra. Kamu harus hati-hati nanti malam. Pokoknya, siap-siaga aja. Aku takut Hendra ada niat jahatnya.
Andra: Aku juga tahu Yok. Tapi kamu Suuzon aja
Yoko: Kamu juga tahu.

Malam pun tiba. Diluar pondok cahaya masih kelihatan, pemukiman pun terlihat dari jauh. Cahaya rumah-rumah gemerlap terlihat.
            Tengah malam, Andra masih bangun. Ia pura-pura tidur dan berlagak pulas. Tapi telinganya ia pasang tajam.
            Tepat tengah malam, Hendra terbangun. Ia mencoba memfitnah Andra dengan mengambil jam tangan Yoko, lalu memasukkannya kedalam saku celana Andra. Andra benar-benar merasakan setiap suara dan gerakan. Hendra benar-benar tidak curiga pada Andra,
            Bukan Cuma jam tangan. Hendra mencoba memfitnah Andra lebih dari jam tangan, Hendra memasukkan uang, smartphone, bahkan mengutak-atik hp Yoko.
            Dalam segala kesempatan, Andra berhasil membangun Yoko. Yoko tersadar dan tahu tingkah laku Hendra.

Yoko: Cukup, Hendra. Aku tahu apa yang kamu lakukan.
Hendra: Eh, kenapa? Eh? (Kaget)
Andra: Kamu Cuma orang egois yang mencoba memanfaatkan orang lain!
Hendra: Eh. Eh tunggu dulu! Kalian curiga sama aku ya? Aku Cuma terbangun terus salah ambil hp. Ini Hp mu ya Yoko?
Andra: Jangan bohong kamu ya! Lihat, ini apa?! Ini juga? Dan ini? (Mengeluarkan jam tangan, uang, dan segala macam benda yang dimasukkan Hendra kesaku celana Andra.
Hendra: Eh eh, lihat tuh Yok! Andra mengambil jam tanganmu! Itu jammu kan? Kamu juga kehilangan uang kan?!
Yoko: Jangan bodoh Hendra. Aku sudah lihat perbuatanmu. Untungnya, ini hanya masalah diantara kita. Bagaimana kalo kamu sampai masuk hukum?
Hendra: Loh? Tapi..

Hendra terus membela diri, hingga akhirnya Andra dan Yoko berhasil mendesaknya. Hendra pun mengakui kelakuannya dan tidak akan mengganggu mereka berdua lagi. Hendra berjanji untuk tidak muncul di depan Yoko dan Andra lagi,

Yoko: Nah, itulah jati diri Hendra sebenarnya! Aku bersykur dia mau mengakui. Tapi, aku tidak akan menjauhinya di kelas.
Andra: Haha, jangan salah Yok. Dia berjanji untuk tidak muncul lagi. Mungkin dia juga tidak ingat kalo kamu sekelas dengannya? Atau, dia akan pindah sekolah? Takut kisah ini kita ceritakan?
Yoko: Hehe.. sudahlah,. Sekarng, kita bisa liburan dengan tenang!


Begitulah, akhirnya persahabatan mereka tetap terjaga. Dan terus bersambung bagai berlian, sangat kuat namun juga indah. 

Naskah Drama ini dibuat oleh Seven Drama, | SevenDrama.blogspot.com


Kamu bebas bisa mengganti nama, jalur cerita, dan lain-lain. Yang penting kamu sreg! Tapi, mohon diingat untuk mencantumkan link serta nama blog ini :)