This is my first story!

Halo kawan-kawan! Sudah kenal dengan penulis? Penulis disini akan membagikan berbagai naskah drama pendek. Ceritanya hanya berdasarkan ide-ide penulis, jadi mohon maaf bila tidak memuaskan. Kamu juga bisa mengirim request ke saya, syukur-syukur kalau memberikan donasi :D

Satu lagi kawan, tolong cantumkan link blog ini ya. Karena tidak mudah membuatnya :)

SevenDrama – Koleksi naskah drama/teater, gratis dan berbayar

Persahabatan di kaki bukit
Tema: Persahabatan
Untuk:

Naskah Drama ini dibuat oleh Seven Drama, | SevenDrama.blogspot.com

First Scene

Ada dua orang sahabat. Mereka saling menjaga, berbagi cerita, dan saling bersimpati. Keduanya memiliki ikatan batin yang kuat. Memiliki rasa yang sama disetiap perasaan salah seorangnya. Mereka adalah Yoko dan Andra. Sejak kecil Yoko dan Andra bersebelahan rumah. Sejak kecil mereka bermain bersama. Hingga mereka berdua beranjak remaja, tak ada apapun yang bisa memisahkan tali ikatan bagai rantai dari berlian.
            Suatu ketika, saat keduanya memasuki kelas 9 SMP, Yoko bertemu dengan teman akrab baru. Namanya Hendra.

(Di Sekolah)
Hendra: Yok, ibuku sakit. Tidak ada yang merawatnya. Bapakku kerja diluar kota. Seminggu lagi baru bisa pulang. Harus gimana nih, kamu teman terdekatku..

Yoko: Waduh, gimana ya? Ya udah nanti sore aku kerumahmu. Aku lihat dulu kondisinya, ibuku kan, dokter. Mungkin bisa menganalisa penyakit apa yang diderita ibumu.

Hendra: Aduh, makasih banget ya!

Hendra selalu mengaduh pada Yoko. Karena memang secara latar belakang, Hendra sulit memiliki teman. Dan, saat ini Hendra benar-benar merasa memiliki seseorang, bernama Yoko.
            Sore harinya, Yoko pergi kerumah Hendra bersama Andra. Andra penasaran siapa dan ada apa dengan Hendra, padahal ia sama sekali belum mengenal teman baru sahabatnya itu.

(Di depan rumah Hendra)
Yoko: Tok-Tok! Halo? Selamat sore!
Andra: Temanmu ini siapa sih?
Yoko: Hendra, Andra. Kamu sudah bertanya seribu kali ke Aku. Dan aku telah menjawabmu seribu kali
Andra: Aduh, bukan itu maksudku. Bagaimana ya, jelasinnya…

Tiba-tiba pintu rumah Hendra terbuka. Muncullah Hendra dengan pakaian bermainnya.

Hendra: Oh, Yoko! Kau sudah datang, terimakasih!
Yoko: Kan, sesuai janjiku.
Hendra: Loh,, itu siapa? (Berbisik)
Yoko: Dia sahabatku. Boleh, kan, dia ikut?
Hendra: Oh.. boleh deh, iya deh boleh.. (kecewa, kesal)
Andra: Haloo, aku Andra loh.
Hendra: Eh, iya—eh aku Hendra. Wah nama kita mirip?! (Gugup)

Mereka bertiga segera memasuki kamar ibu Hendra. Dibalik pintu kelabu, terlihat seorang wanita terbaring.

Yoko: Ini ibumu yang sakit? (Berbisik)
Hendra: Iya. Mohon bantuannya, ya!
Yoko: Ya, tenang aja. (Mencoba menganalisa penyakit)

Yoko: Ini sih, Cuma flu aja Ndra! Flunya juga ringan. Cukup minum air putih yang banyak, bukan masalah besar sih, menurutku.

Andra sedikit tersinggung. Sebutan “Ndra” biasa digunakan Yoko untuk memanggilnya.

Hendra: Tapi… kupikir ini penyakit yang berat. Bisa panggil ibumu kesini? Eh, ibumu kan, dokter ya? Punya obatnya engga? Minta sedikit boleh, ya?
Yoko: Ibuku ga bisa kesini sekarang, Ndra. Kan, dia dokter. Masa nangkring dirumah aja.
Andra: Setuju, dokter juga engga punya persediaan obat. Yang punya itu, klinik atau rumah sakit!
Hendra: (Sedikit kesal) Ohh gitu ya! Maaf deh udah ganggu. Kalian boleh pulang sekarang, kok (Nada sedikit mengusir).

Yoko dan Andra segera keluar, tak lupa mereka mendoakan ibu Hendra agar cepat sembuh.

Andra: Yok, kenapa sih, kamu mau peduli sama dia?
Yoko: Aduh Hendra, kan, aku kasian aja sama dia.
Andra: Tapi kamu engga liat rumahnya segede itu? Lebih baik dia bawa ibunya kerumah sakit bintang sepuluh aja! Duitnya pasti banyak. Batuk sedikit, langsung kerumah sakit!
Yoko: Kamu ga boleh kejam gitu, atuh. Aku juga tadinya engga tau ternyata dia orang kaya. Dalam rumahnya juga mewah.
Andra: Aku sih ga begitu permasalahin itu. Aku juga ga terlalu terusik kalo dia harus temenan sama kamu. Tapi, dilihat dari lagaknya kayaknya dia memang mau berobat gratis aja. Tadi aja waktu tau aku ikut dia kecewa. Dan lagi dia juga minta ibumu datang! Eh, minta obat juga, emang ada yang gratis ya!
Yoko: Haha, aku jadi ketawa. Kamu ada benarnya, tapi kita lihat aja dulu, Ndra!

Naskah Drama ini dibuat oleh Seven Drama, | SevenDrama.blogspot.com

Second Scene

Hari demi hari berlalu. Ibu Hendra segera sembuh, tidak sampai seminggu. Tanpa obat. Waktu memang cepat berlalu. Hingga libur semester, Yoko dan Andra merencanakan liburan mereka. Rencananya, mereka akan berkemah dibukit.

Yoko: Ndra, kita kemah tapi jangan di tempat kemah biasa! Aku pengen ditempat yang benar-benar menguji keberanian dan keterampilan.
Andra: Aku tahu, di bukit *** aja. Itu hutan yang masih cukup asri. Engga ada pemukiman. Desa jauh. Tapi, jangan salah disana aman kok. Dekat dengan sungai dan air terjun. Aku tahu lokasinya.
Yoko: Wah, bagus banget itu! Aku setuju. Gimana kalo kita berangkat lusa? Nah, kamu pulang dan segera siap-siap! Yuk, aku juga mau siap-siap.

Sebelum Andra pulang, tiba-tiba dering telpon rumah Yoko berbunyi.

Ring ring!
Yoko: Ya? Siapa?
Hendra: Ini aku Hendra! Rencana kamu liburan mau kemana? Kan, cukup panjang nih, liburannya. Lumayan, kan, dua minggu!
Yoko: Oh.. iya aku akan kemah. Ke bukit ***. Sama Andra. Kira-kira ya tiga harian aja.
Hendra: Sama Andra? Wah, bagus itu! Emm.. aku boleh ikut engga?
Yoko: Hmm.. gimana ya? Tunggu sebentar..

Yoko: Ndra! Hendra mau ikut nih, kamu setuju engga? Lumayan kan tambah rame? Sekalian kita lihat jati diri dia sebenarnya! (Berbisik)
Andra: Aduh, Yoko! Aku engga bermaksud mengusik pertemanan kalian. Aku bukan ingin kalian menjadi musuh. Aku Cuma curiga sama lagaknya itu loh!
Yoko: Ayolah.. Anggap aja Cuma “tambahan”
Andra: Aku, sih, netral aja. Eh, tapi kayaknya males deh, kalo ada dia. Pasti cerewet dan ganggu!
Yoko: Tuh, kan. Mendingan kita bongkar dulu jatinya. Gini aja deh, ini Cuma pura-pura. Kita kebukit yang aman aja. Kita bawa peralatan seadanya. Abis itu baru kita kemah beneran, tanpa Hendra tentunya.
Andra: Ada aja ide kamu Yok. Boleh, deh,, langsung bilang tuh.
Yoko: Hendra? Kamu boleh ikut! Kita ga jadi kebukit *** ke tempat ini aja ***. Disana lebih asik. Ada warungnya. Kamu bawa ini ya: blablablabla
Hendra: Wah, asik juga! Aku siapin deh, berangkatnya kapan?
Yoko: Besok, Ndra! Makannya cepet ya!

Yoko menutup telepon.
DI lain tempat, Hendra berbisik sendiri. Ia bergumam dengan wajah senang.

Hendra: Dengan begini, aku bisa mengusik pertemanan mereka! Dengan begitu Yoko akan menjadi sahabatku!

Naskah Drama ini dibuat oleh Seven Drama, | SevenDrama.blogspot.com

Third Scene

Esok harinya, mereka bertiga segera berangkat ke bukit ***. Dengan angkutan umum, jalan kaki, hingga akhirnya mereka sampai ditempat tujuan.

Yoko: Nah, Hendra. Kita sampai. Tanah diatas kita ini sepertinya cocok untuk tenda. Yuk, cepet bikin.
Hendra: Wah, iya juga. Tanahnya bagus!
Andra: Oi. Kan, disuruh bikin tenda. Kemarin aku dengar Yoko nyuruh kamu bawa tenda. Mana tendanya?
Hendra: Aduh, aku lupa! Hehe.. ya udah kita gelar tiker aja (Tertawa)
Andra: Mana mungkin. Kalo ada yang jahat gimana?
Hendra: AH, takutan kamu. Biar kita bagi jadwal penjagaan. Keren kan?
Yoko: Hus, udah. Kita nginep di pondok itu aja! Kita patungan.
Hendra: Yah, Cuma bawa segini aku.. (Nunjukin uang)
Andra: Aduuh, yaudah kamu bayar segitu aja. Aku dan Yoko akan bayar lebih.

Mereka bertiga pun menginap disebuah pondok.

Yoko: Ingat, Ndra. Kamu harus hati-hati nanti malam. Pokoknya, siap-siaga aja. Aku takut Hendra ada niat jahatnya.
Andra: Aku juga tahu Yok. Tapi kamu Suuzon aja
Yoko: Kamu juga tahu.

Malam pun tiba. Diluar pondok cahaya masih kelihatan, pemukiman pun terlihat dari jauh. Cahaya rumah-rumah gemerlap terlihat.
            Tengah malam, Andra masih bangun. Ia pura-pura tidur dan berlagak pulas. Tapi telinganya ia pasang tajam.
            Tepat tengah malam, Hendra terbangun. Ia mencoba memfitnah Andra dengan mengambil jam tangan Yoko, lalu memasukkannya kedalam saku celana Andra. Andra benar-benar merasakan setiap suara dan gerakan. Hendra benar-benar tidak curiga pada Andra,
            Bukan Cuma jam tangan. Hendra mencoba memfitnah Andra lebih dari jam tangan, Hendra memasukkan uang, smartphone, bahkan mengutak-atik hp Yoko.
            Dalam segala kesempatan, Andra berhasil membangun Yoko. Yoko tersadar dan tahu tingkah laku Hendra.

Yoko: Cukup, Hendra. Aku tahu apa yang kamu lakukan.
Hendra: Eh, kenapa? Eh? (Kaget)
Andra: Kamu Cuma orang egois yang mencoba memanfaatkan orang lain!
Hendra: Eh. Eh tunggu dulu! Kalian curiga sama aku ya? Aku Cuma terbangun terus salah ambil hp. Ini Hp mu ya Yoko?
Andra: Jangan bohong kamu ya! Lihat, ini apa?! Ini juga? Dan ini? (Mengeluarkan jam tangan, uang, dan segala macam benda yang dimasukkan Hendra kesaku celana Andra.
Hendra: Eh eh, lihat tuh Yok! Andra mengambil jam tanganmu! Itu jammu kan? Kamu juga kehilangan uang kan?!
Yoko: Jangan bodoh Hendra. Aku sudah lihat perbuatanmu. Untungnya, ini hanya masalah diantara kita. Bagaimana kalo kamu sampai masuk hukum?
Hendra: Loh? Tapi..

Hendra terus membela diri, hingga akhirnya Andra dan Yoko berhasil mendesaknya. Hendra pun mengakui kelakuannya dan tidak akan mengganggu mereka berdua lagi. Hendra berjanji untuk tidak muncul di depan Yoko dan Andra lagi,

Yoko: Nah, itulah jati diri Hendra sebenarnya! Aku bersykur dia mau mengakui. Tapi, aku tidak akan menjauhinya di kelas.
Andra: Haha, jangan salah Yok. Dia berjanji untuk tidak muncul lagi. Mungkin dia juga tidak ingat kalo kamu sekelas dengannya? Atau, dia akan pindah sekolah? Takut kisah ini kita ceritakan?
Yoko: Hehe.. sudahlah,. Sekarng, kita bisa liburan dengan tenang!


Begitulah, akhirnya persahabatan mereka tetap terjaga. Dan terus bersambung bagai berlian, sangat kuat namun juga indah. 

Naskah Drama ini dibuat oleh Seven Drama, | SevenDrama.blogspot.com


Kamu bebas bisa mengganti nama, jalur cerita, dan lain-lain. Yang penting kamu sreg! Tapi, mohon diingat untuk mencantumkan link serta nama blog ini :)